Bupati Jayapura Luncurkan Buku ‘Kembali ke Kampung Adat’

Bertempat di Hotel Suni Garden Sentani, Jayapura, Selasa, 5 Januari 2020, Buku berjudul ‘Kembali ke Kampung Adat : Meniti Jalan Perubahan di Tanah Papua resmi diluncurkan. Buku setebal 180 halaman tersebut ditulis oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.

Penulis buku Mathius Awoitauw menegaskan awal mula muncul gagasan menulis buku ini tidak terlepas dari pengalaman Mathius selama sekitar 27 tahun menggeluti bidang pemberdayaan masyarakat dan pada ketika memimpin Kabupaten Jayapura pada periode pertama. Saat ini Mathius menjadi bupati periode kedua.

“Tampaknya ada benang merah, ketika akhirnya saya merefleksikan secara sangat mendalam praktek pembangunan yang ada di tanah Papua selama puluhan tahun. Bukan saja pembangunan dalam arti tata Kelola pemerintahan dan masyarakat, tetapi terutama pembangunan manusia Papua. Dengan kata lain ada yang ‘hilang’ dari seluruh perjalanan orang Papua selama bertahun-tahun, dan saya temukan itu di dalam tercerabutnya anak-anak Papua dari akar budayanya. Sehingga bicara tentang kampung adat sebenarnya adalah bicara tentang bagaimana mengembalikan sesuatu yang hilang dari orang-orang Papua,” kata Mathius saat launching buku tersebut.

Selain itu, ditegaskan Mathius, gagasan ‘Kembali ke Kampung Adat’ merupakan bentuk Restorasi Pembangunan di Papua. Bagi Mathius, praktik dan pola pembangunan yang ada di Papua selama ini makin membuat anak-anak Papua ‘terasing’ dari akar budayanya sendiri. Artinya, kata dia, ada pola pembangunan selama ini yang cukup sistematis yang menyebabkan anak-anak Papua ‘menjadi terasing’ dari budayanya sendiri.

“Sementara dalam banyak pengalaman saya, kebetulan saya adalah juga anak Kepala Suku, sedikit banyak mengerti bagaimana akar budaya orang Papua justru menjadi sumber nilai dalam seluruh tatanan kehidupannya, dan jika itu dipraktikkan secara konsisten justru mampu menjawab seluruh tantangan kehidupan orang Papua pada zaman modern saat ini,” tegas Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Papua tersebut.

Dalam pengalaman Mathius, sejak awal dia merintis Program Kampung Adat di Kabupaten Jayapura, sambutan masyarakat luar biasa. Dikatakan dia bahwa gagasan ‘Kembali ke Kampung Adat’ seakan menjadi jawaban atas kerinduan masyarakat selama ini yang tidak diberi tempat dalam pembangunan. Sekaligus gagasan ‘Kembali ke Kampung Adat’ merupakan tawaran pembangunan yang relevan dengan situasi Papua saat ini.

“Saya tegaskan dalam buku ini bahwa bahwa praktik pembangunan di Papua selama ini sebenarnya adalah praktik ‘Penaklukan atas alam dan atas orang-orang Papua’. Sementara dalam kacamata masyarakat adat Papua, alam dan manusia adalah satu kesatuan yang utuh tak terpisahkan.

Dalam budayanya, manusia Papua hidup menyatu dengan alam dan mereka bertugas menjaga Alamnya. Itulah juga faktanya, dalam kearifan adat papua, adalah tugas seorang Ondoafi atau Ondofolo untuk memastikan alam yang memberi dia hidup tetap terjaga dan terawat dengan baik,” jelas Mathius.

Saat ini terkait penataan kampung adat di Jayapura sendiri, sudah ada 14 kampung adat yang sudah ada, 24 yang sedang dalam proses penataan, dan 35 yang sedang diusulkan. “Kita tentu berharap ini terus berkembang. Dan syukur-syukur bisa berjalan di hampir seluruh wilayah Papua. Karena gagasan ini menurut saya yang lebih cocok ketika kita bicara bagaimana membangun Papua ke depan,” pungkasnya. (RO/OL-10)

Sumber:mediaindonesia.com

Related posts

Leave a Comment